Jakarta, 05 Oktober 2020 – Universitas Budi Luhur telah mengirimkan tim terbaiknya untuk mengikuti kompetisi debat bahasa inggris tingkat nasional yaitu “National University Debate Championship” (NUDC) periode 24 – 30 September 2020.
Tim tersebut berhasil masuk sebagai finalis, yang terdiri atas tiga mahasiswa yaitu:
Rizky Noor Alif Abdurachim sebagai debaters (FISIP)
Mochammad Rhafi Raynoor sebagai debaters (FISIP)
Rhea Rifa Ramadhanti bertindak sebagai N1 Adjudicator (FISIP).
Acara yang diselenggarakan oleh Kemendikbud melalui Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) ini diikuti oleh 112 tim terbaik dari masing-masing Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I s.d XIV.
Para peserta harus menghadapi sejumlah tantangan di antaranya, kendala koneksi internet.
“Koneksi Internet masih seringkali naik-turun dan lumayan mengganggu saat pelaksanaan lomba tahun ini yang full-daring, bahkan beberapa kali sempat benar-benar terputus saat sedang lomba.” Kata Rizky Noor Alif Abdurachim sebagai salah satu debaters
“Menurut saya salah satu tantangan dari debat ini yaitu karena online, sebab selama ini debat dilaksanakan secara offline dan selalu tahu obstaclenya. Akan tetapi kali ini obstacle utamanya itu masalah teknis atau koneksi. Selain teknis, sudah pasti tantangan dari lawan debat kita yang semakin hari semakin baik” Tambah Mochammad Rhafi Raynoor
Di dalam debat ini mahasiswa dihadapkan pada persoalan-persoalan nyata yang dialami suatu masyarakat atau bangsa. Sehingga mahasiswa dituntut untuk mampu menguasai pengetahuan global, menganalisis, membuat keputusan, dan meyakinkan publik bahwa posisi mereka benar dan tepat.
“Dengan mengikuti lomba ini, selain mengasah kemampuan berbahasa inggris juga membantu saya untuk menjadi mahasiswa yang kompetitif dan aktif di dalam maupun luar kampus. Tentu dengan dukungan dari Kampus untuk mengikuti dan berpartisipasi lomba, membuat saya terdorong untuk ikut membanggakan nama Universitas Budi Luhur.” Ungkap Rhea Rifa Ramadhanti.
Debat ini menggunakan format debat parlemen dengan sistem British Parliamentary (BP). Sistem ini biasanya digunakan dalam kompetisi World University Debating Championship (WUDC) atau kompetisi debat antar perguruan tinggi tingkat dunia.
Ajang kompetisi debat ini sekaligus menjadi wadah pembinaan kegiatan mahasiswa, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, analitis, terampil, kompeten dan berbudaya sehingga mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Meski debat dilakukan di tengah pandemi covid-19 tidak menyurutkan usaha mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi mereka secara daring. Inilah salah satu wujud konsep kampus merdeka, merdeka belajar di mana mahasiswa bebas memilih media untuk berkembang