Mahasiswa FTI Raih Best Delegate & Best Grup di IYL 2022

Jakarta, 16 Januari 2022 – Mohammad Afif Hanafi, mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi 2019 meraih Best Delegate & Best Grup di International Youth Leader Japan 2022. Berikut cerita Mohammad Afif Hanafi meraih penghargaan hingga membuat projek mengenai ekonomi antara Jepang dan Indonesia.

Senin, 12 Desember 2022
Di hari pertama, kami mengunjungi Tokyo Disneyland pada pukul 08.00 waktu setempat. Kami tidak masuk ke dalam, hanya di luar saja dikarenakan waktu yang tidak cukup. Jujur, saya ingin sekali masuk meskipun hanya sebentar. Keadaan disana padat oleh pengunjung, baik lokal maupun asing. Kami juga mengunjungi Bon Voyage of Disneyland, atau toko cinderamata orisinil dari Disney. Karena merupakan merchandise resmi dan satu-satunya yang ada di Asia, harga rata-rata tiap produk cukup mahal, berkisar antara 900 yen hingga 5000 yen. Saya tidak sempat membeli pin asli Disney karena private transport sudah datang. Yah, kita tahu sendiri jika Jepang sangat menghargai waktu.
Sekitar jam 10.00 pagi, kami mengunjungi kompek kuil Asakusa, yang menjadi tempat kuil Buddha terbesar di Jepang, yaitu Senso-ji yang dibangun pada abad ke-7. Kami melewati gerbang Kaminari-mon yang merupakan pintu masuk menuju kuil Senso-ji. Di dalam pintu gerbang di kedua sisinya terdapat dewa pelindung agama Buddha versi Jepang, Fujin (God of Wind) dan Raijin (God of Thunder). Setelah melewati gerbang, kami menelusuri Nakamise, jalan yang dipenuhi toko merchandise dan kuliner lokal. Disana saya, Lukman, dan Kharisma membeli gantungan kunci dengan menghabiskan uang kurang lebih 2500 yen. Kami berfoto di sana dan menghabiskan waktu sekitar 45 menit.
Sekitar jam 12 siang, kami mulai beralih ke Tokyo Skytree, yang letaknya tidak terlalu jauh dari Asakusa. Setelah kurang lebih 10 menit berjalan dari mobil, kami sampai di lantai 3 kompleks Solamachi, pusat perbelanjaan di bawah Skytree. Saya mengira bahwa kami sudah diakomodir untuk naik ke puncak Skytree, namun sayangnya hanya diluar saja. Sayang sekali. Saya menghabiskan waktu bersama Lukman, Reza, Kharisma, Mas Rauf, Deni, dan Farras di Jump Shop, toko cindramata resmi untuk anime dan manga.
Sekitar jam 2 siang, kami beranjak ke daerah Ueno, tepatnya di Ameyoko Shopping Street. Ameyoko merupakan singkatan dari “Ameya Yokocho” (lorong toko manisan), karena biasanya banyak manisan yang dijual disana. Disana, kami makan siang dengan menu kebab turki halal yang harganya 700 yen. Rasanya sangat enak, saya akan kembali lagi kesana jika saya ada di Tokyo. Saya juga membeli oleh-oleh untuk Ibu berupa kue matcha seharga 500 yen, semoga saja halal.
Pukul 15.30, kami melanjutkan perjalanan ke pusat Islam di Tokyo, yaitu Masjid Tokyo Camii yang dikelola oleh imigran Turki. Disana kami melaksanakan sholat jama’ Zuhur dan Ashar yang tertunda. Beberapa dari kami juga membeli oleh-oleh halal di masjid Tokyo Camii, namun kebanyakan khas Turki, bukan Jepang.
Pukul 16.30, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu distrik shopping untuk barang- barang eksklusif impor, yaitu Ginza. Saya tidak tahu kenapa Ginza dimasukkan ke list perjalanan, karena menurut saya tidak ada yang bisa kita raih disana selain melihat-lihat barang branded mewah yang tentu saja akan membolongi dompet.
Setelah dari Ginza, kami singgah sebentar ke Family Mart untuk dibelikan makan malam dan sarapan. Saat itu, supir kami menganti untung koper milik Iffah yang tidak sengaja dia rusak saat menurunkan barang dari bandara. Profesionalitas yang luar biasa. Kami diantar menuju hotel dan supir tersebut pamit karena tugasnya selama satu hari sudah selesai, esoknya akan diganti dengan supir baru. Kami menghabiskan malam dengan mengerjakan tugas presentasi projek untuk hari esok dan ke Seven Eleven untuk mencari cemilan dan minuman.

Selasa, 13 Desember 2022
Di hari kedua ini, sekitar jam 08.00, kami dijadwalkan mengunjungi Harajuku, tepatnya di Takeshita tepat di seberang JR Harajuku Station. Saat itu hujan turun dengan kapasitas sedang. Dengan toko-toko yang menjual busana, aneka barang, benda budaya, serta restoran, kafe, dan bar, Takeshita memiliki dunainya sendiri. Beberapa dari kami mengunjungi Daiso untuk membeli payung bening dan sarung tangan seharga kurang lebih 800 yen. Namun sayang, payungnya tidak bening, melainkan putih. Saya bertemu satu keluarga Indonesia yang sedang liburan dari Surabaya.
Pukul 11.00, kami menuju ke Tokyo Camii lagi sembari menunggu waktu Zuhur masuk. Disana saya melihat-lihat makanan halal khas Turki di minimarket Tokyo Camii. Banyak warga lokal Jepang yang berkunjung disini untuk mengenal Islam lebih dalam. Saya berbincang dengan pemilik minimarket yang bernama Abdurrahman, seorang pria asal Turki yang sedang menempuh pendidikan di Jepang. Pria yang sangat ramah dan mempunyai wawasan luas.
Sekitar pukul 12.30, kami berkunjung ke Tokyo Metropolitan University, di daerah Arakawa. Disana kami disambut oleh mahasiswa-mahasiswi pasca sarjana asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Jepang. Kami juga disambut mahasiswa doktoral asal Indonesia yang dulunya adalah dosen Universitas Indonesia, Pak Buana namanya. Disana kami berdiskusi dan sharing tentang leadership, peluang beasiswa, dan survival hidup di Tokyo. Kemudian kita melaksanakan presentasi projek, dan hari ini yang di nantikan oleh saya. Saat tiba di Jepang kita di tugaskan untuk membuat projek mengenai ekonomi antara Jepang dan Indonesia. Kelompok saya membuat projek namanya “Indonesia-ten”. Indonesia-ten ini adalah untuk memperkenalkan dan meningkatkan ekspor produk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Indonesia ke Jepang. Di hari presentasi projek ini semua kelompok mempresentasikannya dengan bagus dan semua kelompok harus mempresentasikannya dalam 3 bahasa (Indonesia, Inggris, dan Jepang). Kontribusi saya dalam projek ini tidak hanya presentasi tetapi saya membuat website seperti e-commerce dan prototype aplikasinya berikut nama websitenya https:// indonesiaten.jejualan.com. Dari semua kelompok hanya kelompok saya saja yang membuat website dan di presentasikan, untuk kelompok yang lain hanya presentasi idenya. Dan Alhamdulillah saya menjadi delegasi terbaik dan group terbaik dalam acara Study Exchange (Pertukaran pelajar yang diikuti oleh seluruh mahasiswa dari universitas di seluruh Indonesia) yang di inisialisasi oleh International Youth Leader Foundation yang bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (KEMENPORA RI). Setelah itu, kami diberikan sertifikat penghargaan oleh pihak penyelenggara. Kegiatan dilanjut dengan campus visit berkeliling sekitar Tokyo Metropolitan University dan berfoto di plang namanya.
Sekitar pukul 17.00, kami berangkat ke Shibuya, pusat keramaian di Tokyo yang terkenal dengan zebra cross nya. Saya masih belum memahami apa yang orang Jepang cari disini selain keramaian dan hiruk pikuk toko-toko. City Light yang didapatkan disini memang sangat luar biasa, mungkin itu daya tariknya. Kami berfoto di patung Hachiko, memorial anjing setia yang selalu menunggu pemiliknya pulang kerja, namun dia tidak tahu jika majikannya sudah tiada dan terus menunggu hingga kematiannya.
Pada malamnya, kami berencana keluar untuk mencari makan di Shibuya. Kami pun membuat kartu kereta yang disebut Pasmo seharga 1000 yen yang sudah berisi saldo 500 yen. Namun karena kendala teknis, kami tidak jadi pergi dan mencari makan di sekitar Asakusa saja. Namun budget yang sangat tinggi membuat saya, Kharisma, Iffah, dan Deni harus undur diri dan membeli makanan yang murah. Ya betul, kebab lagi seharga 600 yen. Kami juga singgah di Family Mart dan membeli cemilan sebelum kembali ke hotel.

Rabu, 14 Desember 2022
It’s free time. Yeaay. Hari ini kami diberi waktu kosong sebelum penerbangan kembali jam 20.00 malam. Di malam sebelumnya, kami sudah membuat itinerary apa saja yang akan dikunjungi selama kurang lebih 7 jam kedepan. Destinasi pertama sekitar jam 07.00, kami mengunjungi Tokyo Tower dan kuil Zojo-ji yang terletak di Shiba-koen, Minato City, Tokyo. Kami menggunakan subway Asakusa Line di stasiun Kuramae hingga ke stasiun Daimon dan berjalan kaki skeitar 15 menit. Kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk berfoto.
Destinasi kedua yaitu Akihabara, surganya para wibu di seluruh dunia. Kami berangkat sekitar pukul 09.10 dari stasiun Daimon menggunakan subway Asakusa Line. Kami turun di stasiun Shimbashi dan lanjut berjalan sekitar 5 menit menuju monorail Yamanoto Line. Setelah melewati 3 stasiun, kami sampai di Akihabara. Di sini kami menuju Akiba Ichi, salah satu pusat perbelanjaan di Akihabara yang sedang melangsungkan acara Naruto The Gallery. Sayangnya, kami tidak masuk karena kekurangan dana, jadi hanya teman kami yaitu Farras yang masuk. Kami menuju toko Animate untuk melihat cindramata anime dan manga. Saya melakukan gatcha dan mendapatkan gantungan kunci eksklusif super rare anime Chainsaw Man. Setelah itu, kami menuju ke Japan Souvenir Shop, yang dimiliki oleh orang Indonesia, yaitu Pak Agus namanya. Beliau sangat terkenal di Akihabara karena personalitas nya yang ramah dan flamboyan. Saya membeli souvenir khas Jepang dan menghabiskan total 1200 yen. Setelah berbelanja, kami makan siang dengan nasi kare khas Jepang. Itu nasi kare yang paling enak yang pernah saya makan. Sampai sekarang masih terasa bumbunya di mulut dan kerongkongan. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Setelah itu kami langsung bergegas menuju ke hotel dan persiapan ke bandara Internasional Narita.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *