Pekan Ilmiah Komunikasi II 2020 : Bedah Buku “Health Communication and Culture” Sebagai Kolaborasi antara Budaya Indonesia dan Etika Komunikasi Kesehatan yang Cerdas dan Berbudi Luhur

Jakarta, 10 November 2020 – Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu peran komunikasi sangatlah dibutuhkan dalam dunia kesehatan. Pengkomunikasian kesehatan harus memperhatikan konteks sosial dan budaya masyarakat, sebab komunikasi kesehatan dan budaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam hal ini, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur memberikan ruang bagi para mahasiswa untuk belajar lebih jauh lagi mengenai komunikasi kesehatan dan budaya melalui webinar. Webinar yang diselenggarakan pada pkl 09:00 – 12:00 WIB, mengangkat tema “Kreatif-Kolaborasi Menuju Indonesia Unggul yang Berbudi Luhur” serta bedah buku “Health Communication and Culture.”

Webinar ini mengadirkan beberapa pakar ilmu komunikasi sebagai narasumbernya yaitu, Prof. Deddy Mulyana, M.A, Ph.D selaku Pakar Ilmu Komunikasi, Dr. Nawiroh Vera, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunkasi Universitas Budi Luhur dan bertindak sebagai penelaah buku, serta tim penulis buku “Health Communication and Culture” Dr. Dadang Rahmat Hidayat, M.Si, Dr. Siti Karlina, M.Si, Dr. Tine Silvana R, M.Si, Dr. Susanne Dida, M.M, Dr. Jenny Ratna Suminar, M.Si, Dr. Asep Suryana, M.Si.

Komunikasi Kesehatan yang efektif adalah sebuah seni dan teknik dalam menginformasikan, memengaruhi, serta memotivasi individu, instutisi dan khalayak umum mengenai isu kesehatan terkini dengan landasan ilmiah dan pertimbangan etis.

Dalam webinar ini Prof. Deddy Mulyana, M.A, Ph.D menyebutbahwa kini banyak masyarakat yang masih menggunakan pengobatan secara ritual ataupun herbal.

“Sistem pengobatan kesehatan sendiri terdiri dari sistem Biomedis, sistem personalistik atau ritual dan sistem naturalistik atau herbal, yang mana ketiganya memiliki saling keterkaitan dengan budaya Indonesia.”

Salah satu contoh budaya yang sampai saat ini masih terjadi yakni,  budaya menunggu pasien di Rumah Sakit. Budaya menunggu pasien ini merupakan budaya Sunda yang kolektifis, mengutamakan kebersamaan dan senasib sepenanggungan.

Alasan mengapa banyak masyarakat Indonesia masih banyak menggunakan pengobatan bersifat personalistik dan naturalistik yaitu karena etika komunikasinya. Contohnya pendekatan yang dilakukan oleh paraji atau orang pintar di pedesaan sangat kekeluargaan, pengobatannya relatif sabar dan tidak ada jarak antara dokter dan pasien. Sehingga pasein pun merasa nyaman, ketimbang harus berobat ke rumah sakit.

Dalam pemaparan Dr. Tine Silvana R, M.Si mengatakan bahwa menurut pasien, dokter yang baik yaitu memiliki kepribadian yang baik, menyenangkan, sopan dan ramah, tidak mengganggap remeh pada pasien hanya karena melihat penampilan pasien. Selain itu dokter juga dituntut untuk bisa menyampaikan penjelasan yang baik tentang penyakitnya, serta selalu siap membantu dan menolong kapan dan di mana saja.

Dr. Ir. Wendy Usino, M.Sc., M.M selaku Rektor Universitas Budi Luhur mengatakan jika komunikasi kesehatan adalah hal yang tidak mudah.

“Alhamdulillah pada pagi hari ini walaupun di ruang virtual, sebuah acara yang luar biasa, karena komunikasi kesehatan adalah sebuah kegiatan yang tidak mudah. Maka bedah buku hari ini sangat baik sehingga mahasiswa Budi Luhur mendapatkan pencerahan” Kata Dr. Ir. Wendy Usino, M.Sc., M.M.

Tentu dengan adanya pekan ilmiah komunikasi yang ke 2 ini, menjadi momentum yang menarik bagi para mahasiswa untuk bisa membuka wawasan yang luas tentang budaya Indonesia yang dikolaborasikan dengan komunikasi yang cerdas dan berbudi luhur.

Comments are closed.