JAKARTA – Festival Dokumenter Budi Luhur (FDBL) tahun ini kembali digelar di Kineforum Taman Ismail Marzuki.
Kompetisi kali ini terdiri dari empat kategori, yaitu film 60 detik, film dokumenter pendek pelajar, film dokumenter pendek mahasiswa, dan film pendek umum.
Dengan mengusung tema bebas, FDBL kali ini diharapkan bisa membuat para peserta baik dari penggiat dokumenter, pelajar hingga mahasiswa dapat mengeksplorasi cerita-cerita unik yang bisa diangkat di Indonesia.
Dekan Fakultas Komunikasi dan Desain Kreatif Rocky Prasetyo Jati berharap kedepannya FDBL menjadi sebuah film dokumenter internasional dan melahirkan sesuatu inovasi terbaru dan anti-mainstream.
“Semoga bisa menjadi festival yang internasional mulai dari rangkaian acaranya mulai dari screening dan penghargaannya. Selain itu mengharapkan semangat kepada panitia untuk tetap on fire, dan terus memberikan inovasi,” kata Rocky Prasetyo Jati dalam keterangannya, Jumat (13/10)
Dia juga menyebutkan setelah melihat ketiga film screening, memberikan inspirasi untuk berani membuktikan diri dan keluar dari sesuatu yang sudah berjalan dan mainstream termasuk para pencinta karya.
Sementara itu, Bintarto Wicaksono selaku Program Director FDBL sekaligus Kaprodi Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur mengatakan lewat film dokumenter para peserta dapat berkontribusi bagi negara berkaitan audiovisual library Nusantara.
“Dengan mendokumentasikan melalui film dokumenter maka kita juga bisa berpartisipasi dalam audio visual library untuk Indonesia dan bisa menjadi proses belajar bersama” Kata Bintarto Wicaksono.
Di sisi lain, Ketua Umum Iqbal Naufal mengatakan rangkaian acaranya Festival Dokumenter Budi Luhur di mulai dengan screening pemenang dan dilanjutkan dengan Masterclass, Roadshow ke dua kota yaitu Bali dan Makassar, Workshop dan Awarding Night (Malam Penganugerahan).
Selain itu FDBL, acara ini menyelenggarakan penulisan artikel dengan mengangkat tema “Di Balik Film Dokumenter: Pembuat dan Pesan” di mana ada beberapa tema yaitu, kreativitas dalam film dokumenter, dokumenter dalam era digital, teknologi dalam produksi film dokumenter, sumber daya pembuatan film dokumenter dan dampak sosial film dokumenter.
Penulis buku ini melibatkan sejumlah individu yang memiliki latar belakang dan peran yang beragam dalam dunia dokumenter seperti akademisi, praktisi, pembuat film dokumenter (termasuk produser, sutradara, tim produksi, dan tim impact), penggiat dokumenter, tim festival film, serta pemerhati dokumenter.
“Dengan keterlibatan kelompok beragam ini jelas akan memperkaya konten buku. Serta memberikan perspektif yang komprehensif, dalam memahami dan menganalisis aspek-aspek beragam yang terkait dengan dokumenter,” kata Iqbal.
Tidak hanya screening karya pemenang FDBL 2023, acara ini juga menyelenggarakan diskusi tentang perkembangan film dokumenter ke depan dengan menghadirkan Daniel Rudi Haryanto (director program dan content development Eagle Institute Indonesia) sebagai pembicara dan Raka Mahandhika sebagai moderator.